Sahabat ku
Caca paling doyan makan cokelat, Setiap han entah berapa bungkus cokelat habis
di lahapnya. Caca bahkan telah bergurau bahwa darahnya sudah berumeran cokelat
sehingga warnanya bukan merah lagi. Ah. ada-ada saja. Ya..
Isi tas Caca
pasti selalu ada cokelat. Caca pun masih menyelipkan beberapa cokelatnya di
saku supaya ia bisa ngemil di mana-mana. Jadi ya wajar bila teman-teman
menjulukinya si Caca Coco. Tapi, tidak semua teman bisa mencicipi lezatnya
coklat Caca. la selalu pilih-pilih dan hanya memberi teman dekatnya saja.
misalnya aku.
Nah, sudah
hampir dua minggu lebih kuperhatikan Caca sering kebingungan Ia sering tampak
kesal. Suatu hari. seusai sekolah aku sedang memergokinya sedang sibuk
memeriksa tiap laci di meja kelas. "Heh, kamu lagi cari apa, Ca? tegurku
penasaran. Kelas sudah kosong yang ada hanya kami berdua. "Aku cari
bungkus cokelat atau apalah sisa-sisanya "Jawab Caca dengan wajah kesal.
"Aku yakin ada pencuri di kelas ini Cokelat-coketatku sering hilang dan
dalam
tas.
"Yang
betul, Ca? Mungkin kau lupa sudah memberinya keteman. Atau malah sudah kaumakan
sendiri." Katakutak percaya. Caca mendesah tela. Ia duduk dengan wajah
muram.
"Tak
mungkin. May. Aku tahu persis berapa jumlah cokelat yang kubawa setiap hari.
Belakangan ini, setiap pulang sekolah, cokelat-cokelatku sering berkurang
jumlahnya. Hari ini saja sekantong cokelatku juga hilang. Aku jadi gemas ingin
tahu siapa pelakunya." Jelas Caca.
Caca lala
menceritakan awal pristiwa pencunan pertama. Saat itu, ia membawa sekantong
cokelat asii Belgia. Aku ingat, saat itu aku mencicipi cokelat kiriman Om Caca
itu. Caca sama sekali tidak manawarkan pada teman yang lain. Saat itu, ku
lifeat ada beberapa pasang mata yang memandang kearah kami dengan rasa ingin.
Sekantong cokelat itupun hilang entah kemana. Kemudian di susul dengan
hilangnya sejumlah cokelat lainnya. Akupun berpikir keras mencari cara menjebak
pelaku pencuri itu. Akhirnya, aku menemukan cara yang bagus. Ku jelaskan pada
Caca. Caca tampak sangat bersemangat. Maka, kami berdua sibuk menyiapkan
jebakan tersebut.
Hari
berikutnya Caca sengaja menggembar-gemborkan ia telah membeli cokelat-cokelat
dari Mini Market Miaw. Mini market itu terletak tidak jauh dari sekolah, dengan
gayanya yang sedikit heboh, aku yakin seisi kelas tahu Caca Coco telah membeli cokelat
di mini market itu.
“May, cokelat
itu hilang, pencuri itu kembali bereaksi.” Desis Caca saat kami pulang, “oke,
berarti pengintaian dimulai sore ini, kataku mantap.
Sore itu kami
berdua menunggu didekat Mini Market Miaw, aku dan Caca memasan minuman disalah
satu kedai sambil berpura-pura membaca majalah, mata kami awas memperhatikan
mini market itu, tempat itu cukup strategis karena bisa melihat jelas ke dalam
mini market.
“Baimana kalau
pencuri itu tahu ini Cuma jebakan, May? Cara ragu.
“Iya kitakan
masih punya waktu seminggu lagi, Ca tenang dan sabarlah, aku yakin pencuri itu
akan muncul,” kataku meyakinkan.
Benar saja,
dari ujung tampak seorang anak perempuan yang kamu kenal, ia berjalan santai,
tangan kananya memagang dompet, lin! Aku dan Caca ternganga, kami sama sakali
tidak menduga, Lin itu pendiam dan tak banyak tingkah, orangnya juga sederhana
dan lugu.
Lin masuk
kedalam mini market dan langsung menuju ke kasir, ia tampak mengeluarkan
sehelai kertas yang aku tahu itu adalah bungkus cokelat batang Caca, ia
kemudian berbicara sambil menunjukan bungkus cokelat itu kepada penjaga kasir,
dari mimik wajahnya, jelas kasir itu sangat keheranan, kasir itu
menggeleng-gelengkan kepala. Lin tampak ngotot sehingga kasir melambaikan
tangan kepada rekannya yang lain.
Dua orang
penjaga toko datang menghampiri. Mereka bergantian memeriksa bungkus cokelat
itu dengan seksama, lalu salah seorang pelayan tampak membentak Lin seraya
membuang bungkus cokelat itu, kupikir seorang pelayan menuduh Lin sebagai
penipu, aku sedikit cemas, bagai mana kalau mereka lapor kepada Polisi!
“Duh May galak
amat sih, si Bapak Kumis itu, gumam Caca tagang!
Syukurlah
kemudian petugas itu meninggalkannya, Lin pun memungut kertas bungkus itu lalu
bergegas keluar, jelas ia amat terpukul, matanya berkaca-kaca menahan tangis,
ia berjalan sambil memandangi bungkus tadi.
Pasti tulisan
inilah yang dibacanya pada bagian dalam bungkus cokelat itu.
Berhadiah
langsung tanpa diundi Rp. 100.000, tukarkan segera di tempat pembelian pada
pukul 16.00 s/d 17.00 promo ini berlaku hingga 11 Maret 2007. Aku meminta Om ku
yang bekerja dipercetakan untuk mencetak label itu, hasil cetakannya sangat
menyakinkan, buktinya Lin terkecoh.
“Ayo Ca, kita
tangkap pelakunya sebelum jauh, Ajakku, tapi Caca malah mengeleng lemah, nggak,
May, aku piker ini tidak perlu diteruskan apapun alasan Lin mencuri
cokelat-cokelatku, aku maafkan deh, sekarang pasti dia merasa malu, takut dan
sedih, aku gak tega,” kata Caca pelan, lagi pula ia melanjutkan “selama ini aku
belum pernah menawari Lin sebatang cokelat pun.
Mungkin dia
lagi penasaran. “Ah alasan apapun hanya Lin yang tahu, aku yakin cepat atau
lambat, Lin akan menyadari tipuan ini, sementara tampaknya Caca mulai sadar
akan sipatnya yang pelit.
Keesokan
harinya di kelas Caca membagikan cokelat pad ataman-temannya. “Pagi Lin nih
cokelat buat kamu, maafin aku yang gak pernah membagikan cokelat kepadamu,
jelas Caca sambil tersenyum. “Ia makasih, Ca maaf sebelumnya yang membawa
cokelat kamu itu aku, aku ingin sekali cokelatmu tapi kamu gak pernah
membaginya kepadaku, ungkap Lin sambil takut dan malu.
“Ia gak
apa-apa Lin aku udah memaafin kamu ko, balas Caca dan akhirnya Caca pun suka
membagi-bagikan cokelat ke teman-teman lain bukan hanya ke taman dekatnya saja.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !