Home » Cerpen » KASUS CACA COCO

KASUS CACA COCO

Written By Unknown on Jumat, 03 Mei 2013 | 06.28





Sahabat ku Caca paling doyan makan cokelat, Setiap han entah berapa bungkus cokelat habis di lahapnya. Caca bahkan telah bergurau bahwa darahnya sudah berumeran cokelat sehingga warnanya bukan merah lagi. Ah. ada-ada saja. Ya..
Isi tas Caca pasti selalu ada cokelat. Caca pun masih menyelipkan beberapa cokelatnya di saku supaya ia bisa ngemil di mana-mana. Jadi ya wajar bila teman-teman menjulukinya si Caca Coco. Tapi, tidak semua teman bisa mencicipi lezatnya coklat Caca. la selalu pilih-pilih dan hanya memberi teman dekatnya saja. misalnya aku.
Nah, sudah hampir dua minggu lebih kuperhatikan Caca sering kebingungan Ia sering tampak kesal. Suatu hari. seusai sekolah aku sedang memergokinya sedang sibuk memeriksa tiap laci di meja kelas. "Heh, kamu lagi cari apa, Ca? tegurku penasaran. Kelas sudah kosong yang ada hanya kami berdua. "Aku cari bungkus cokelat atau apalah sisa-sisanya "Jawab Caca dengan wajah kesal. "Aku yakin ada pencuri di kelas ini Cokelat-coketatku sering hilang dan dalam
tas.
"Yang betul, Ca? Mungkin kau lupa sudah memberinya keteman. Atau malah sudah kaumakan sendiri." Katakutak percaya. Caca mendesah tela. Ia duduk dengan wajah muram.
"Tak mungkin. May. Aku tahu persis berapa jumlah cokelat yang kubawa setiap hari. Belakangan ini, setiap pulang sekolah, cokelat-cokelatku sering berkurang jumlahnya. Hari ini saja sekantong cokelatku juga hilang. Aku jadi gemas ingin tahu siapa pelakunya." Jelas Caca.
Caca lala menceritakan awal pristiwa pencunan pertama. Saat itu, ia membawa sekantong cokelat asii Belgia. Aku ingat, saat itu aku mencicipi cokelat kiriman Om Caca itu. Caca sama sekali tidak manawarkan pada teman yang lain. Saat itu, ku lifeat ada beberapa pasang mata yang memandang kearah kami dengan rasa ingin. Sekantong cokelat itupun hilang entah kemana. Kemudian di susul dengan hilangnya sejumlah cokelat lainnya. Akupun berpikir keras mencari cara menjebak pelaku pencuri itu. Akhirnya, aku menemukan cara yang bagus. Ku jelaskan pada Caca. Caca tampak sangat bersemangat. Maka, kami berdua sibuk menyiapkan jebakan tersebut.
Hari berikutnya Caca sengaja menggembar-gemborkan ia telah membeli cokelat-cokelat dari Mini Market Miaw. Mini market itu terletak tidak jauh dari sekolah, dengan gayanya yang sedikit heboh, aku yakin seisi kelas tahu Caca Coco telah membeli cokelat di mini market itu.
“May, cokelat itu hilang, pencuri itu kembali bereaksi.” Desis Caca saat kami pulang, “oke, berarti pengintaian dimulai sore ini, kataku mantap.
Sore itu kami berdua menunggu didekat Mini Market Miaw, aku dan Caca memasan minuman disalah satu kedai sambil berpura-pura membaca majalah, mata kami awas memperhatikan mini market itu, tempat itu cukup strategis karena bisa melihat jelas ke dalam mini market.
“Baimana kalau pencuri itu tahu ini Cuma jebakan, May? Cara ragu.
“Iya kitakan masih punya waktu seminggu lagi, Ca tenang dan sabarlah, aku yakin pencuri itu akan muncul,” kataku meyakinkan.
Benar saja, dari ujung tampak seorang anak perempuan yang kamu kenal, ia berjalan santai, tangan kananya memagang dompet, lin! Aku dan Caca ternganga, kami sama sakali tidak menduga, Lin itu pendiam dan tak banyak tingkah, orangnya juga sederhana dan lugu.
Lin masuk kedalam mini market dan langsung menuju ke kasir, ia tampak mengeluarkan sehelai kertas yang aku tahu itu adalah bungkus cokelat batang Caca, ia kemudian berbicara sambil menunjukan bungkus cokelat itu kepada penjaga kasir, dari mimik wajahnya, jelas kasir itu sangat keheranan, kasir itu menggeleng-gelengkan kepala. Lin tampak ngotot sehingga kasir melambaikan tangan kepada rekannya yang lain.
Dua orang penjaga toko datang menghampiri. Mereka bergantian memeriksa bungkus cokelat itu dengan seksama, lalu salah seorang pelayan tampak membentak Lin seraya membuang bungkus cokelat itu, kupikir seorang pelayan menuduh Lin sebagai penipu, aku sedikit cemas, bagai mana kalau mereka lapor kepada Polisi!
“Duh May galak amat sih, si Bapak Kumis itu, gumam Caca tagang!
Syukurlah kemudian petugas itu meninggalkannya, Lin pun memungut kertas bungkus itu lalu bergegas keluar, jelas ia amat terpukul, matanya berkaca-kaca menahan tangis, ia berjalan sambil memandangi bungkus tadi.
Pasti tulisan inilah yang dibacanya pada bagian dalam bungkus cokelat itu.
Berhadiah langsung tanpa diundi Rp. 100.000, tukarkan segera di tempat pembelian pada pukul 16.00 s/d 17.00 promo ini berlaku hingga 11 Maret 2007. Aku meminta Om ku yang bekerja dipercetakan untuk mencetak label itu, hasil cetakannya sangat menyakinkan, buktinya Lin terkecoh.
“Ayo Ca, kita tangkap pelakunya sebelum jauh, Ajakku, tapi Caca malah mengeleng lemah, nggak, May, aku piker ini tidak perlu diteruskan apapun alasan Lin mencuri cokelat-cokelatku, aku maafkan deh, sekarang pasti dia merasa malu, takut dan sedih, aku gak tega,” kata Caca pelan, lagi pula ia melanjutkan “selama ini aku belum pernah menawari Lin sebatang cokelat pun.
Mungkin dia lagi penasaran. “Ah alasan apapun hanya Lin yang tahu, aku yakin cepat atau lambat, Lin akan menyadari tipuan ini, sementara tampaknya Caca mulai sadar akan sipatnya yang pelit.
Keesokan harinya di kelas Caca membagikan cokelat pad ataman-temannya. “Pagi Lin nih cokelat buat kamu, maafin aku yang gak pernah membagikan cokelat kepadamu, jelas Caca sambil tersenyum. “Ia makasih, Ca maaf sebelumnya yang membawa cokelat kamu itu aku, aku ingin sekali cokelatmu tapi kamu gak pernah membaginya kepadaku, ungkap Lin sambil takut dan malu.
“Ia gak apa-apa Lin aku udah memaafin kamu ko, balas Caca dan akhirnya Caca pun suka membagi-bagikan cokelat ke teman-teman lain bukan hanya ke taman dekatnya saja.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Teruslah hidup demi mencapai suatu tujuan

Teruslah hidup demi mencapai suatu tujuan
 
Support : | Rizal Pribadi |
Proudly powered by Blogger
Jangan Berubah. SINGA PATROMAN -
Template Design by Published by #