1.
KERBAU DAN
KAMBING
Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari
serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut
sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap
saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing
jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing
jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan
tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa.
Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar
sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang
kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam
saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut
kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak
akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil
keuntungan dari kemalangan orang lain.
2.
ANJING DAN
BAYANGANNYA
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah
tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan
senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia
menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah
jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing
lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir,
dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir
apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke
dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang
menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa
berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia
kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah
3. DUA ORANG PENGEMBARA DAN SEEKOR BERUANG
Dua orang berjalan mengembara
bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang
yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.Salah satu
pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya,
memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya. Pengembara yang lain,
merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan
dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia
sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah
meninggal.
Temannya yang berada di pohon tidak
berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar
atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan
kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan
pergi. Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari
persembunyiannya."Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu
di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata
pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan
berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang
berada dalam bahaya."
Kemalangan dapat
menguji sebuah persahabatan.
4.
SI PELIT
Seorang yang sangat pelit mengubur
emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap
hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan
menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya
yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang
mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu
malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan
membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan
hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil
menarik-narik rambutnya. Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu
mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku!
oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu!
di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut
tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya
saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli
sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli
sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir
untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan
marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah
batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong
itu.
"Kalau
begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya
sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta
yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
5.
PEMERAH SUSU DAN
EMBER NYA
Seorang wanita pemerah susu telah memerah
susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan,
dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan
pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat
baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak
cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu
dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan
membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya
apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan
ayam-ayam muda yang sehat.
Pada suatu saat, saya akan menjualnya,
dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai
ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan
mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang
bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan
rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya
dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke
tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu
hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta
kebanggaannya.
Jangan menghitung ayam yang
belum menetas.
6. Keledai dan Garam Muatannya
Seorang pedagang, menuntun
keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui
sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini,
keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah
sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya
beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang
dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena
merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih
ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan
mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang
kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin
saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya
tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya
kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian
membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati
dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka
kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan
diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang
keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya
pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya
akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai. Cara yang sama tidak cocok digunakan
untuk segala situasi.
7.
DUA EKOR KAMBING
Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya
dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam, saat itu secara
kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang
dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras.
Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan
jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan
tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh
dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan
yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi
ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan.
Rasa sombong dan harga diri mereka
tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu
kepada kambing lainnya.
Saat salah satu kambing menapakkan
kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga
menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di
tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling
mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya
jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di
bawahnya.
Lebih
baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
8.
SEMUT DAN
BELALANG
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu
keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk
mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka
kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan
sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut
itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!"
teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan
menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja
yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya
tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang;
"Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun
telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat
bahunya karena merasa gusar.
"Membuat
lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah
lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu
menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan
pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
9.
BURUNG GAGAK DAN
SEBUAH KENDI
Pada suatu musim yang sangat kering,
dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk
diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air.
Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi
sempit.
Bagaimanapun burung gagak tersebut
berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat
mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan
meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul
dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian
menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu
memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun
berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat
di capai oleh sang burung Gagak.
Walaupun
sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.
10.TUJUH
BURUNG GAGAK
Dahulu, ada seorang laki-laki yang
memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak
perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu,
istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat
gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering
sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air
yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan
dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan
yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk
mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut
untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk
mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap
adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha
untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam
sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus
melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka
berani untuk pulang kerumahnya.
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya
hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main,
anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu
berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi
burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan
sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor
burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena
mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan
itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan
Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya
berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi
gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa
dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah
memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut
mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik,
tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada
ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya
kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya.
Akhirnya orangtuanya menceritakan semua
kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat
sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak
membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk
menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus
sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas,
lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui
bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang
tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus
menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari
gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.
Gadis tersebut kemudian mengambil tulang
tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung
yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut,
dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang.
Karena dia berharap untuk menolong ketujuh
saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari
kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian
terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya
dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya
mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang
kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu
ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu
orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk
ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena
lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap
piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas
yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap
burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku
sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka
menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka.
"Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata
salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah
cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin
tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara
perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa
terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu
mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh
burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan
pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !